Budaya dan tradisi orang Banjar adalah
hasil asimilasi selama berabad-abad. Budaya tersebut dipengaruhi oleh
kepercayaan Islam yang dibawa oleh pedagang Arab dan Persia.
Budaya Banjar dapat dilihat dari
kehidupan sehari-hari masyarakat Banjar khususnya dalam bentuk kesenian,
tarian, musik, pakaian, permainan dan upacara tradisional.
Adat istiadat Banjar yang melekat dengan
kehidupan sosial warga masyarakat yang bercirikan Islam terus terjaga
dan dipertahankan, nampak dari aktivitas kehidupan mereka sehari-hari.
Hal ini dapat juga disaksikan melalui berbagai pentas kesenian Banjar
yang sering ditampilkan dalam acara-acara resmi, seperti tari-tarian dan
lagu Banjar. Demikian pula upacara adat khas Banjar yang biasanya
dilaksanakan dalam rangka perkawinan, kelahiran, ataupun peringatan
terhadap peristiwa penting lainnya. Dari banyaknya ragam kesenian
tersebut yang terkenal adalah:
- Madihin
- Mamanda
- Japen
- Balamut
- Hadrah
- Musik panting
- Upacara Maarak Penganten
- Bamandi-mandi
- Maayun Anak
Kesemuanya itu adalah kekayaan budaya yang sangat menarik
Tarian
tradisional yang biasa ditampilkan pada upacara Tradisional seperti:
tari "Baksa Kambang", "Baksa Lilin", "Kula Gepang", "Maiwak", dan
lain-lain. Ada sekitar 76 Jenis tarian. Tari tradisional biasanya
diiringi oleh alat musik tradisional seperti: babun, gambang, aron,
salantang, kedernong, gong, suling, rehab dan dan lain-lain.
MADIHIN
Seni Madihin adalah suguhan pentas
monolog oleh satu atau dua orang seniman tradisional yang merangkai
syair dan pantun diiringi dengan musik gendang khas Banjar. Sajian
materi seni ini biasanya melemparkan sindiran – sindiran dan pesan
sosial dan moral dengan kosa kata yang menggelitik dan lucu.
MAMANDA
Seni Mamanda merupakan seni pentas
teater tradisional Banjar. Menceritakan kisah-kisah kehidupan masyarakat
perjuangan kemerdekaan serta kritik sosial dan politik yang berkembang.
TARI JAPEN
Jepen
adalah kesenian rakyat Kutai yang dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu
dan Islam. Kesenian ini sangat populer di kalangan rakyat yang menetap
di pesisir sungai Mahakam maupun di daerah pantai.
Tarian
pergaulan ini biasanya ditarikan berpasang-pasangan, tetapi dapat pula
ditarikan secara tunggal. Tari Jepen ini diiringi oleh sebuah nyanyian
dan irama musik khas Kutai yang disebut dengan Tingkilan. Alat musiknya
terdiri dari gambus (sejenis gitar berdawai 6) dan ketipung (semacam
kendang kecil).Karena populernya kesenian ini, hampir di setiap
kecamatan terdapat grup-grup Jepen sekaligus Tingkilan yang
masing-masing memiliki gayanya sendiri-sendiri, sehingga tari ini
berkembang pesat dengan munculnya kreasi-kreasi baru seperti Tari Jepen
Tungku, Tari Jepen Gelombang, Tari Jepen 29, Tari Jepen Sidabil dan Tari
Jepen Tali.
Seni Tari Klasik Merupakan tarian yang tumbuh dan berkembang di kalangan Kraton Kutai Kartanegara pada masa lampau.
BALAMUT
Lamut adalah salah satu Sastra Banjar atau dikatakan juga cerita
bertutur yang dikhawatirkan suatu saat nanti akan punah. Disebabkan
hampir tidak ada lagi yang berminat untuk menjadi Palamutan ( orang yang
bercerita lamut ), dan tidak ada yang peduli dari masyarakat banjar itu
sendiri, lembaga atau instansi senibudaya untuk melestarikian kehidupan
Lamut yang semakin langka ini.
Mengapa dikatakan Lamut ? Ada yang
mengatakan bahwa lamut diambil dari nama seorang tokoh cerita di
dalamnya, yaitu Paman Lamut seorang tokoh yang menjadi panutan, sesepuh,
baik dilingkungan kerajaan atau pun masyarakat seperti halnya Semar
dalam cerita wayang. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa lamut
berasal dari kesenian Dundam yaitu cerita bertutur dengan menggunakan
instrumen perkusi yaitu tarbang, Bercerita sambil membunyikan ( memukul )
alat tersebut. Konon, pendundam ketika membawakan ceritanya tidak
tampak atau samar – samar dalam gelap. Cerita yang dibawakan adalah
dongeng kerajaan Antah Berantah. Sedang berlamut, pelamutannya tampak
oleh penonton dan ceritanya menurut pakem yang ada walau tak tertulis.
Cerita yang dikenal masyarakat Banjar yakni cerita tentang percintaan
antara Kasan Mandi dengan Galuh Putri Jung Masari. Kasan Mandi adalah
putera dari Maharajua Bungsu dari Kerajaan Palinggam Cahaya, sedangkan
Galuh Putri Jung Masari adalah putri dari Indra Bayu, raja dari Mesir
Keraton. Kasan Mandi kawin dengan Galuh Putri Jung Masari melahirkan
seorang putra bernama Bujang Maluala. Di dalam cerita ini ada tokoh
antagonis bernama Sultan Aliudin yang sakti mandraguna dari Lautan
Gandang Mirung yang jadi penghalang, dan terjadi perang tanding. Kasan
Mandi dibantu oleh paman Lamut bersama anak – anaknya yaitu Anglung,
Anggasina dan Labai Buranta, akhirnya Sultan Aliudin kalah.
Berlamut
sudah ada pada zaman kuno yaitu tahun 1500 Masehi sampai tahun 1800
Masehi tetapi bercerita tidak menggunakan tarbang. Ketika Agama Islam
masuk ke Kalimantan Selatan, setelah Raja Banjar Sultan Suriansyah,
barulah berlamut memakai tarbang. Sebab kesenian Islam terkenal dengan
Hadrah dan Burdahnya.
Seiring dengan pesatnya penyebaran agama Islam,
kesenian Islam sangat berpengaruh pada perkembangan kebudayaan dan
kesenian Banjar. Syair – syair dan pantun hidup dan berkembang dalam
masyarakat. Dan Sastra Banjar Lamut juga mendapat tempat yang strategis
dalam penyebaran Islam di masyarakat Banjar.
Ketika Sultan Suriansyah
masuk Islam, banyak kebudayaan dan kesenian Jawa yaitu dari Demak (
Jawa Tengah ) berbaur pada kebudayaan dan kesenian Banjar, maka tak
heran Lamut mendapat pengaruh juga dari Wayang Kulit yaitu dialognya
mirip dialek wayang. Lamut bukan saja berkembang di seluruh pelosok
Kalimantan Selatan tetapi juga sampai di Kalimantan Tengah dan
Kalimantan Timur.
MUSIK PANTING
Seni Musik Panting adalah paduan antara
berbagai alat musik seperti Babun, Panting, Biola, Gong, yang
menghasilkan irama khas, biasanya mengiringi lagu-lagu tradisional
Banjar yang dinyanyikan, atau mengiringi tarian tradisional. Istilah
panting diambil dari salah satu jenis alat musik utamanya Panting,
yaitu alat musik petik yang mirip dengan Gitar Gambus berukuran kecil.
KERAJINAN
Salah
satu yang manjadi daya tarik pengunjung Kota Banjarmasin adalah
berbagai macam kerajinan tangan dan cinderamata yang ada di kota ini.
Kerajinan tangan yang ada di Kota Banjarmasin bukan hanya dihasilkan
oleh penduduk Kota Banjarmasin, tetapi juga dari kota dan kabupaten lain
di Kalimantan Selatan, sehingga dengan datang ke Banjarmasin wiastawan
dapat mengenal beragam kerajinan khas yang dihasilkan rakyat Kalimantan
Selatan.
Terdapat
beragam jenis kerajinan tangan yang dihasilkan industri-industri kecil
rumah tangga mulai dari batu-batuan permata hingga berbagai bentuk
aksesoris dan peralatan rumah tangga khas Banjar, suku asli Kalimantan
Selatan. Kerajinan Tangan yang dihasilkan warga Kota Banjarmasin sendiri
diantaranya berupa kain Sasirangan yang memiliki kombinasi warna dan
tekstur sangan khas. Keindahan sasirangan sudah dikenal secara nasional,
sebagai salah satu bahan busana pria dan wanita.
Kerajinan
khas lainnya adalah air guci, yaitu jenis sulaman khas banjar.
Peralatan dan perabot rumah tangga yang terbuat dari bahan rotan seperti
lampit atau tikar, tas, pas bunga dan bentuk-bentuk lainnya. Selain
kerajinan yang berupa peralatan dan aksesoris, di Kota ini bisa
didapatkan berbagai ramuan tradisional yang bahannya diperoleh dari
pedalaman kalimantan, seperti pasak bumi yang sudah sangat terkenal di
manca negara. Semua kerajinan tangan ini sangat menarik untuk dibawa
sebagai oleh-oleh dari Kota Banjarmasin.